Sunday, February 28, 2010

Kaki Lima di Trotoar


Sunday, January 3, 2010

Fenomena Ongkos Angkot

Baru kemarin naik angkot, jurusan Cinere-Pasar Minggu. Si biru mungil bernomor 61 melaju dengan kencangnya, untuk sampai ketujuannya. Ketika saya sampai ke tujuan akhir di pasar minggu saya mengeluarkan uang 5000 an, menunggu kembalian. Teryata uang saya tidak kembali, sopirnya berkata kepada saya :" Emang segini bang ongkosnya dari Cinere ke Pasar Minggu".
Apakah memang benar sebesar itu ongkosnya saya tidak tahu, karena saya jarang naik angkot ini, jadi saya hanya bisa mendesah saja.

Dilain hari saya juga pernah menggunakan angkot lain, biru juga. Dan kebetulan saya duduk didepan disamping sopir. Kebetulan penumpang agak lenggang dan sopir berjalan agak perlahan. Disuatu titik, naiklah 1 keluarga ke angkot itu. Seorang Nenek, Ayah, dan Ibu serta dua anaknya yang masih kecil-kecil. Melihat itu sopir tersebut tersenyum gembira mukanya, karena mungkin merasa akan mendapat sewa yang lumayan. Tidak beberapa lama kemudian keluarga itu turun (kira-kira setelah 5-7 menit perjalanan). Mereka pun membayar ke sopir itu dan langsung ngeloyor pergi. Sopir itu kemudian berteriak : "Kurang pak!" . Tapi keluarga itu terlanjur menyebrang jalan, sehingga sopir itu tidak bisa berbuat apa-apa.

Kemudian sopir angkot berkata saya: " Gila, masa segitu banyak cuma bayar 5000!!". Saya hanya diam saja, tidak berkata apa-apa. Sopir itu kemudian berjalan kebut-kebutan (karena kesal mungkin), sampai akhirnya ada yang turun. Ketika orang yang turun itu membayar dengan 5000, sopir mengembalikannya sebesar 2000. Orang itu berkata: " kurang bang?'. Sopir itu kemudian berkata: " Emang segitu pak, ongkosnya!". Penumpang itu kemudian melengos dan pergi.

Saya tahu bener bahwa seharusnya si sopir mengembalikan 2500, tetapi karena suatu alasan dia hanya mengembalikan 2000. Kalau saya lihat ini bisa menjadi lingkaran setan. Karena bilang masing-masing pihak, tidak mengikuti aturan yang ditentukan, maka yang akan terjadi adalah chaos.

Monday, December 7, 2009

Pagi hari di Jakarta



ketika matahari mulai bersinar di Jakarta, penduduk bersiap-siap melakukan aktivitasnya. Walau bangunan kumuh berdiri di sisi jalan, langitnya tetaplah indah. Sampai kapan kita bisa melihat langit yang indah ini?

Sunday, December 6, 2009

Asal usul nama kaki lima

Kaki lima adalah salah satu fenomena yang ada di ruang publik Jakarta, lokasinya yang berada disembarang tempat membuatnya terkesan kumuh, sehingga seringkali dilakukan penggusuran terhadap para pedagang ini.

Tetapi adakah yang tahu dari mana nama kaki lima berasal. Menurut
"Katanye" Kota Kaki Lima yang diakses dari Departemen Pekerjaan Umum PU-Net, sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter. Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu nmanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.

Ada juga versi lain dari asal-usul nama kaki lima. Karena umumnya mereka menggunakan gerobak, maka jumlah pedagang dan roda gerobak mereka yang berjumlah lima (kaki pedagang 2, roda gerobak 2 dan kaki penyangga gerobak 1), menimbulkan istilah kaki lima tadi. Versi lain lagi menjelaskan bahwa 5 feets itu adalah besar lahan yang disediakan untuk pedagang kaki lima tadi (5 feet x5 feet), ini berlaku untuk pedagang diemperan jalan yang mendirikan lapaknya.

Terlepas dari asal-usul namanya, keberadaan kaki lima telah memberikan image unik dikota Jakarta. Keberadaan kaki lima ini menciptakan ruang-ruang publik informal yang memanfaatkan trotoar atau ruang-ruang yang tidak terpakai. Disini warga kota dapat bersosialisasi, bercengkrama, sambil menikmati hidangan dengan harga yang terjangkau. Jika mereka bisa ditata dengan lebih baik dan manusiawi, mungkin dapat menjadi ruang publik alternatif bagi warga, selain mal-mal yang makin menjamur di Ibukota ini.

Thursday, December 3, 2009

Bike track dijakarta, ada kok!!



Jakarta adalah kota yang tidak ramah terhadap pejalan kaki dan pengendara sepeda. Hal ini disebabkan karena prioritas pengembangan jalan lebih diutamakan kepada kendaraan bermotor. Seperti kemarin saya melihat ada pelebaran jalan yang mengorbankan trotoar di perempatan fatmawati.

Tapi bukan berarti Jakarta tidak memiliki tempat yang nyaman untuk pengendara sepeda atau pejalan kaki. Khusus untuk pengendara sepeda ada bike track yang nyaman untuk digunakan. Lokasinya ada di Kampus Universitas Indonesia (sayangnya bukan dijalur umum, tetapi lebih baik daripada tidak ada). Biketrack terdiri dari berbagai jalur yang melintasi fakultas-fakultas UI dan bahkan melewati hutan UI, juga disediakan titik istirahat.

Bahkan di bike track ini disediakan juga sepeda yang bisa gunakan secara gratis, dengan syarat tertentu (Yaitu memiliki KTM yang masih berlaku, hehehe). Bike track bisa digunakan untuk bersepeda bersama keluarga, juga sebagai ruang publik tempat berinteraksi dan bersosialisasi antara sesama pengendara sepeda, atau sekedar berolahraga.

Keberadaan biketrack ini merupakan angin segar, dalam penyediaan jalur-jalur khusus yang lebih manusiawi bagi pengendara sepeda. Semoga semakin banyak tempat-tempat seperti ini di ibukota tercinta kita.

Wednesday, December 2, 2009

Kurangi kecepatan di jalan ....

Apa sih ruang publik kota?

Mungkin kita sering bertanya-tanya mengenai apa sih ruang publik dalam kota, mengapa ruang ini merupakan faktor penting dalam sebuah kota? Secara singkat dijelaskan bahwa ruang publik adalah ruang (tempat) didalam kota yang berfungsi sebagai tempat untuk masyarakat berkegiatan, berinteraksi dengan sesamanya.

Dalam artian lain, ruang publik adalah fasilitas kota, baik yang disediakan oleh pemerintah atau dibuat sendiri oleh warga kota. Bentuknya sendiri bisa bermacam-macam, dari taman,lapangan, pasar, halte, hingga jalan.

Blog ini bertujuan untuk menelusuri ruang publik di Jakarta, untuk menunjukkan bagaimana kondisi ruang publik di Jakarta. Mengingat keberadaan ruang ini cukup berpengaruh kepada kualitas hidup penduduk kota ini sendiri. Sehingga menurut penulis dinamika dalam keberadaan ruang-ruang ini sangatlah menarik untuk disampaikan.